Minggu, 10 Juni 2012

Produk Ramah Lingkungan: Produsen dan Eksportir agar Berkompetisi

Kazan, Kompas --- Pemerintah Indonesia mendorong produsen dan eksportir berkompetisi menghadapi pasar global. Ini penting karena pemerintah bersikukuh tak mengeluarkan labelisasi pada produk dagang ramah lingkungan atau environmental goods atau EG.
   Demikian ungkapan Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI Imam Pambagyo di sela-sela Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) Meeting of Ministers Responsible for Trade (MRT) 2012 di Kazan, Rusia, Senin (4/6) seperti dilaporkan wartawan Kompas Agnes Swetta Pandia. Indonesia diwakili Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurti.
   Terdapat dua kelompok labelisasi pada produk dagang ramah lingkungan: mendukung sepenuh hati, dan kelompok yang berat untuk menerapkan. Indonesia salah satu negara yang belum mengeluarkan kebijakan EG.
   Kelompok yang siap produk ramah lingkungan berasal dari negara yang memiliki koordinasi internal relatif baik. Mereka diperkirakan mampu meraup keuntungan ekonomi dengan disahkannya daftar EG pada produk dagang. Sementara negara yang kurang siap khawatir perlabelan berdampak negatuf bagi ekonomi dalam negeri.
   Hingga akhir Mei 2012, 13 dari 21 anggota APEC telah menyerahkan daftar produk ramah lingkungan untuk dikompilasi oleh Friends of the Chairs EG APEC menjadi sekitar 300 produk. Umumnya negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru, Hongkong dan Rusia. Empat negara ASEAN melakukannya, yakni Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunei. Sementara Indonesia, bersama Vietnam dan Filipina, belum menyetor produk dagang.
   Indonesia ingin memnberi kesempatan kepada produsen dan eksportir untuk menyiapkan diri lebih baik. "Sambil menyiapkan pengusaha, pemerintah akan terus berkonsolidasi internal mematangkan daftar EG dari Indonesia. Sebab, sangat diharapkan EG benar-benar memperhatikan aspek lingkungan, bukan melulu menonjolkan aspek dagang,: ujar Imam.
   Menurut dia, Indonesia punya banyak produk yang ramah lingkungan, baik dalam bentuk sederhana maupun tradisional, hingga diolah dengan teknologi tinggi. Persoalannya, pada forum APEC seperti ini, belum terdapat kejelasan menyangkut kriteria produk dagang yang bisa masuk dalam daftar EG. (ETA)

Sumber: Kompas, 5 Juni 2012, hal 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar