Minggu, 01 Mei 2011

Keanekaragaman Hayati: Karunia Bagi Indonesia

(Albert Einstein: Yang kita ketahui belum sampai satu perseribu dari satu pesen dari yang dimiliki oleh alam)

Tahun 2010 ditetapkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati. Ironisnya, banyak di antara kita tidak cukup memahami betapa besar karunia Tuhan dalam bentuk keanekaragaman hayati bagi tanah air tercinta ini. Bayangka, besaing dengan Brazil, Indonesia merupakan negara dengan jenis binatang dan tumbuhan terkaya di dunia. Namun, ditambah dengan ragan jenis terumbu karang, Indonesia menjadi negara dengan keanekaragaman hayati nomor satu di muka bumi ini.
Dengan luas kawasan yang hanya 1,3% dari luas muka bumi ini, Indonesia adalah rumah bagi sekitar 12% jenis mamalia, 16% jenis reptil dan amfibi, 17% jenis burung, 25% jenis ikan dan masih terus bertambah dengan temuan baru setiap tahunnya. Hingga saat ini, terdapat satu juta spesies binatang dan tumbuhan hidup di Indonesia yang berhasil diidentifikasi dan jumlah tersebut baru setengah dari perkiraan keanekaragaman hayati yang kita miliki.
Lalu, apa arti semua kekayaan itu bagi kita?
Bila pertanyaan seeprti itu masih muncul, maka ada dua penyebabnya. Pertama, kita memang sering kali tidak menhargai atau melihat karunia besar yang ada di depan mata. Kedua, karena mungkin kita kurang terpapar oleh informasi.
Mari kita uji pengetahuan kita. Tahukah Anda tentang satu mahluk kecil di laut bernama cyanobacteria? Rasanya tidak banyak yang pernah mendengar nama ini. Lalu, mengapa kita harus peduli?
Ternyata, pada tahun 1986 diketahui bahwa mahluk inilah yang menhasilkan 20% oksigen yang kita hirup setiap saat! Artinya, hidup kita tergantung pada mahluk yang namanya pun baru kita tahu saat membaca artikel ini.
Bagaimana bila dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak spesies yang kita miliki adalah “gudang obat-obatan dunia”? Apakah kita tetap tidak mau peduli? 25% bahan baku obat-obatan ternyata berasal dari hutan. Padahal, ini baru 1% saja dari tubuhan di hutan tropis yang telah diuji secara ilmiah. Tidak haya itu, hutan ternyata menghasilkan 25% bahan aktif obat penyakit kanker yang sekarang digunakan di berbagai belahan bumi. Pernahkah membayangkan, berapa keuntungan dari para pemegang hak paten obat-obatan yang bahan dasarnya berasal dari hutan kita?
Ketika tempat bagi mahluk-mahluk hidup tersebut rusak dan musnah, tentu bukan hanya sekedar pundi-pundi uang yang lenyap, tapi juga kehidupan kita diambang bencana. Satu spesies saja punah, maka keseimbangan alam akan terganggu dan menimbulkan akibat yang mungkin tak pernah kita bayangkan.
Sungguh ironi, sebagai pemilik keanekaragaman hayati nomor satu, kitapun menjadi negara dengan laju penggundulan hutan nomor satu (atas nama pembangunan). Di negara kita pula spesies vertebrata mengalami ancaman kepunahan dalam jumlah terbanyak (128 spesies mamalia dan 104 spesies burung).
Lantas, apakah negara kita akan menjadi seperti orang kaya yang tak pernah menghargai kekayaannya dan terus menghambur-hamburkan hingga tak bersisa? Jangan biarkan hal itu terjadi pada negara kita yang indah dan kaya raya ini.
(Tulisan Suzi D. Hutomo, CEO The Body Shop Indonesia)